• #64 Penipuan Iklan Digital

    Kerugian Indonesia akibat penipuan iklan digital ini adalah USD 120 juta. Adapun industri yang paling sering ditarget dari penippuan ini adalah financial technology, gaming, dan e-commerce. Dalam episode ini @auliyaa.pu menjabarkan bagaimana brand bahkan negara dirugikan dari penipuan iklan digital. Bentuknya selain fake browser page, device kita tahu-tahu terinstall aplikasi yang kita tidak tahu. Makanya jangan kesel kalau harus ngisi-ngisi captcha ya. 

    8m - Apr 19, 2021
  • #63 Seberapa Percaya dengan Telehealth?

    Sudah lama kok layanan telehealth itu berkembang. Kementerian terkait juga sudah melihat potensi pertumbuhan telehealth di masyarakat. Terlebih di saat pandemi dimana masyarakat khawatir kalau harus pergi ke rumah sakit. Sayangnya masih banyak tantangan terkait rasa percaya masyarakat terhadap hadirnya dokter secara virtual. Dalam episode ini, @vanyaviranda menjabarkan bagaimana mempertahankan dan mengkomunikasikan kompetensi dokter di platform telehealth. 

    14m - Apr 16, 2021
  • #62 Salah Data Vaksin dalam Press Release

    Rame banget sih waktu AstraZenecca (AZ) merilis informasi terkait efektivitas vaksin yang sudah ditunggu-tunggu sekali. Tapi dalam press release yang diterbitkan, ada data yang berbeda. Ada yang bilang 62%, ada yang bilang 90%. Publik pasti binggung dan khawatir kan. Mana yang yang benar dan semakin mempertanyakan efektivitas vaksin ini. Belum lagi ada unsur politik dalam peluncuran AZ ini. Nah, dalam episode ini, @grethaws menjabarkan bagaimana AZ tidak kembali membuat publik binggung dalam penyampaian communications for science. 

    5m - Apr 12, 2021
  • #61 ‘Nyombong’ Alus di LinkedIn

    We cannot be everyone’s cup of tea. Salah ngomong dikit, pasti dicibirin. Yang paling dekat adalah dikira sedang menyombongkan diri saat posting di LinkedIn. Kalau kamu gak peduli, itu pilihan kamu. Tapi kalau kamu adalah anggota overthinking club, ada loh caranya untuk berbagi cerita pencapaian kamu lewat cara yang ‘alus’. Dalam episode ini, @neilycholida menjabarkan bagaimana cara yang kece dalam berbagi perjalanan kita. 

    8m - Apr 9, 2021
  • #60 Pertimbangan Bekerja dengan Influencers

    Siapa influencers yang paling kamu dengar? Pasti tiap orang punya preferensi masing-masing ya. Nah, selain menjadi perpanjangan tangan dari sebuah brand, influencers itu punya peranan yang besar banget di masyarakat kita. Jadi, bagi brand yang ingin bekerjasama dengan influencers, ada beberapa point yang perlu dipertimbangkan. Dalam episode ini, @zrrafi menjabarkan bagaimana etika brand dan influencers dalam kerjasama mereka. 

    8m - Apr 5, 2021
  • #59 Saat Brand Kesehatan Masuk TikTok

    Selama kontennya tidak menyinggung seperti Dokter Kevin, pesan-pesan kesehatan dari dokter dan suster jadi lebih mudah dimengerti. Nah, brand kesehatan juga perlu nih join di TikTok. Salah satu yang sudah masuk adalah P&G lewat “Distant Dance Challenge.” Dalam episode ini, @murphlastic menjabarkan bagaimana serunya brand kesehatan lainnya berkampanye di TikTok. 

    9m - Apr 2, 2021
  • #58 Iklan Ramadan Baiknya Gimana?

    Ada sirup, ada kurma, dan takjil lainnya ditampilkan dalam iklan Ramadan. Tiap tahun pasti begitu iklannya. Nah, ternyata efeknya dari iklan ini adalah food-waste alias mubazir ya kan. Dalam episode ini, @ricuswoy menjabarkan bagaimana pelaku iklan akan lebih baik mengangkat tema sosial untuk bulan Ramadan. DBS Indonesia bahkan sudah gelontorin campaign #MakanTanpaSisa jauh sebelum Ramadan. Brand kamu bisa kok bikin iklan Ramadan yang lebih baik. 

    11m - Mar 29, 2021
  • #57 Negosiasi Lewat Media Sosial?

    Media sosial dalam membantu brand dan marketing sih sudah jadi kurikulum perkuliahan. Tapi kalau untuk negosiasi, masih belum optimal. Padahal sebenarnya dengan membaca trend dan audience, social media bisa dijadikan alat negosiasi dalam menggerakan sebuah opini. Dalam episode ini, @nafilamaulina menjabarkan case study dari Amazon dalam proses negosiasi lewat media sosial. Jadi sebenarnya, negotiator bisa banget pakai social media loh.

    7m - Mar 26, 2021
  • #56 HR: Tim Kami ‘Work Like Family’

    Kerja rasa mafia. Itulah interpretasi dari beberapa calon employee dari kalimat ini. Namanya juga keluarga kan, tiap hari liat dan semua hal tahu. Nah, bagi para hiring team, tolong diperhatikan lagi ya job postings yang sudah di publish, apakah ada kalimat-kalimat ini. Dalam epipsode ini, @beladienna menjabarkan kalimat-kalimat apa yang perlu dihindari.

    7m - Mar 22, 2021
  • #55 Enhancing Self-brand Strategy with Jusman Hutama

    Ya sudah lumrah-lah bagaimana praktik self-brand ini dijalankan. Tapi ada beberapa hal yang perlu dicatat, baik oleh perusahaan ataupun karyawan dalam menjalankan praktik ini. Salah satunya adalah fungsi control and monitor. Jangan sampai postingan-postingan LinkedIn justru kontradiktif dengan postingan Instagram atau platform lainnya. Sering ya kasus seperti ini kita jumpai. Dalam episode ini, @neilycholida berdiskusi dengan Jusman Hutama, Group Head Human Capital & Services · PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk tentang bagaimana kita bisa menjalankan strategi self-brand dengan baik. 

    31m - Mar 19, 2021
  • #54 Jangan Acuhkan Komunitas Gaming

    Komunitas Games saat ini jumlahnya makin besar. Brand seharusnya sudah masuk dalam komunitas ini melalui creative campaign. Hal ini karena untuk masuk dalam komunitas games terbilang tricky. Karena faktanya tanpa brand pun, komunitas ini sudah berkembang dengan sangat cepat. Jadi endorsement brand bukan prioritas buat mereka. Dalam episode ini, @vanyaviranda menjabarkan bagaimana cara brand untuk masuk ke komunitas ini. 

    11m - Mar 12, 2021
  • #53 Pakai Jargon Agar Terlihat Keren

    Padahal gak ngerti artinya apa. Begitulah masalah anak baru di perusahaan. Belum juga auto pilot dengan scope of work, mereka juga harus belajar list jargon di perusahaan. Mau tanya, tapi malu. Akhirnya dikerjakan tapi tidak sesuai dengan ekspektasi. Hanya karena tidak mengerti arti jargon yang dimandatkan. Dalam episode ini, @ricuswoy menjabarkan bagaimana jargon itu lumayan ganggu. Lalu bagaimana kita memaksimalkan penggunaan jargon?

    12m - Mar 12, 2021
  • #52 Unilever Berhenti Pakai Kata Normal

    “Ya loe sih enak! Kulit lo emang udah bagus, produk apa aja bisa terlihat bagus. Lah gw boro-boro?” Begini nih respon dari konsumen yang merasa terkesampingkan dari sebuah produk. Hal ini karena sudah ratusan tahun kita dicecoki dengan campaign beauty product yang seolah olah being normal is beautiful. Nah, lewat kampanye “Positive Beauty” Unilever akhirnya mengangkat isu mental health dan isu sosial lainnya yang terkait beauty product. Dalam eppisode ini, @beladienna menjabarkan rationale dari Positive Beauty Campaign Unilever. 

    8m - Mar 8, 2021
  • #51 Chatbot Bisa Dipakai untuk Crisis?

    Saat crisis communication terjadi, semua orang dalam perusahaan perlu menyatukan suara sesuai narasi yang telah disiapkan oleh Tim Public Relations. Namun, cepatnya ritme krisis juga memerlukan kecepatan tim garda depan untuk cepat merespon pertanyaan. Oleh karena itu, @sheliarp menjabarkan bagaimana chatbot bisa menjadi solusi dari permasalahan slow response ini dan permasalahan lainnya selama krisis berlangsung. 


    7m - Mar 5, 2021
  • #50 Serunya Gamification pada Virtual Event

    Pandemi Covid-19 memaksa eman-teman event berjibaku menciptakan hal baru untuk mau tidak mau mengakrabkan diri dengan situasi ini. Dalam episode ini, @murphlustig menjabarkan bagaimana teman-teman event menciptakan gamification dapat mendukung virtual event dalam mencapai sebuah objektif dari sebuah event dan bahkan sukses.

    7m - Mar 1, 2021
  • #49 Entrepreneur Insights with FX Iwan

    Suksesnya seorang founder adalah saat bisnisnya berjalan auto-pilot. Untuk mencapai hal ini, penting bagi founder agar tidak terjebak pada status 'self-employed'. Founder harus membentuk sistem agar bisnis tidak secara terus menerus bergantung pada seorang founder. Inilah salah satu insight yang didapat dari Dialogue with FX Iwan, CEO Jagartha Advisors. Simak insights lainnya dari obrolan @sekariniseruni bersama @fxiwan untuk para founders atau business owner. 


    16m - Feb 26, 2021
  • #48 Dark Social Salah Satu yang Jangan Dicuekin

    There's nothing 'dark' in dark social. Karena arti sebenarnya adalah menjelaskan bagaimana konsumen ngomongin brand kita dibelakang kita dengan lebih spesifik. Tapi tantangannya memang sulit untuk kita analisa kualitas dan kuantitasnya. Harusnya ini bagus banget sih walau ada beberapa contoh negatif dari dark social ini. Hal ini seperti yang dijabarkan @neilycholida dimana dark social masih tetap bisa di-maintain kok. Nah, selain dark social, di episode ini masih ada dua hal lagi yang harus dan gak boleh dicuekin sama para marketers.

    6m - Feb 22, 2021
  • #47 "Kalo Temenku Beli, Aku Akan Beli"

    Dari dulu marketing playbook selalu berubah. Tapi building customer trust tidak pernah berubah. Yang berubah adalah bagaimana word-of-mouth itu bisa sampai ke telinga kita. Misalnya, dulu belum ada customers review, sekarang kalau mau beli produk pasti liat review nya dulu. Nah dalam episode ini, @karisamanda menjabarkan ada banyak banget golongan orang-orang atau medium yang paling dipercaya oleh konsumen dalam meng-influence keputusan mereka untuk membeli. Yang pasti tiap konsumen punya preferensi yang beda terkait siapa mereka paling percaya.

    12m - Feb 19, 2021
  • #46 Pokoknya Harus Viral!

    Anak agensi pasti familiar dengan request ini dari client. Tapi pasti kebawa mimpi saat harus bikin viral dengan keterbatasan budget dan "ke-kekeuhan" client dimana semua konten berbau brand harus masuk dalam materi yang mau diviralin. Mmm jogetin aja dulu lah. Balik ke episode ini, selain besarnya budget amplifikasi, @ricuswoy menjabarkan beberapa emosi yang perlu dimasukin ke dalam iklan ataupun materi yang akan dipakai untuk viral. Iklan Sasa contohnya yang pake emosi marah dan bentak-bentak. Itu adalah salah satu emosi yang bisa dipakai dalam materi yang dipakai untuk viral.

    9m - Feb 15, 2021
  • #45 Brand Kamu Udah Masuk Clubhouse?

    Tenang tenang! Yang bikin caption ini juga Anak Android kok. Tapi karena omongan soal Clubhouse rame banget, jadi ya sok-sokan relate aja deh biar hype. Anyway, ngomongin Clubhouose, brand kayaknya masih lihat-lihat sikon ya kapan harus masuk ke platform social audio ini. Banyak banget sih pertimbangannya untuk hold. Salah satunya adalah takut kalo CEO kita kepeleset ngomong terus keterusan. Tapi dalam episode ini, @sheliarp setuju kalau brand masuk dan memposisikan diri di Clubhouse.

    6m - Feb 12, 2021
Audio Player Image
Dialog in Dialogue
Loading...